cerpen remaja-Hanya dengan Dia 3
ALLAHHU AKBAR…ALLAHHU AKBAR!!!
Adzan magrib berkumandang,Tia yang sedang membantu Budenya di dapur—langsung disuruh mengambil wudhu. Tia memang muslim,namun—ia tak begitu mengerti agama. Selama ia hidup,hanya wajibnya saja yang dikerjakan. Mengaji saja masih terbata-bata. Tia tahu Bude dan Pakde nya itu adalah seorang yang paham agama. Maka dari itu,Budenya menyuruh Tia untuk belajar mengaji di masjid dekat rumahnya. Karena ia statusnya numpang, jadi ia tak bisa menolak. Akhirnya ia mau mengaji di masjid bersama Budenya sehabis solat magrib.
Bude dan Pakdenya Tia memiliki dua orang anak. Yang pertama namanya Ridwan dan yang kedua namanya Roida. Ridwan sudah lulus kuliah dan sekarang bekerja di sekretariatan pusat. Sedangkan Roida,ia masih duduk di bangku SMA kelas 12. Roida mengambil program IPS di SMA Nusa Indah. Setiap pagi,roida dan Tia selalu berangkat ke sekolah bersama. Tapi kalau pulang, Tia harus pulang sendiri---karena Roida mengikuti bimbingan belajar.
“Tia…. Sudah siap belum?” Tanya Bude
“tunggu sebentar lagi Bude,Tia lagi pakai jilbab” jelas Tia.
Akhirnya mereka pergi berdua. Saat di depan pintu,Bude bingung pada Tia.
“Tia… Al-qur’an mu mana?” Tanya bude
“loh… bukannya Al-quran ada di masjid ya Bude?”
“ada kok, tapi biasanya sudah diambil duluan dengan remaja-remaja” jelas Bude
“oh, iyatah Bude? Kalau begitu aku pakai Al-quran Kak Ridwan aja deh. Dia belum pulang kan Bude?”
“biasanya Ridwan jam 3 sudah pulang. Kemana ya dia? Hmm, yasudah ambil saja sana” suruh bude
“mungkin ada pekerjaan tambahan,jadi telat. Oke,tunggu aku ya Bude” pinta Tia
Saat dijalan menuju masjid,Bude dan Tia bertemu dengan Roida yang baru saja pulang dari les. Roida di fasilitasi motor metik untuk sekolah. Saat bertemu, Tia meminta Roida untuk mengaji juga disana. Seperti biasa,Roida memang selalu mengaji di sana. Jadi Roida akan menyusul.
Setelah mengaji,acara selanjutnya yaitu kultum. Tia merasa malas,dan kali ini ia tak bisa menutupi kemalasannya. Tia berbisik kepada Roida yang duduk disamping nya.
“berapa lama kultumnya ini?” Tanya Tia
“tujuh menitan kalo ustad nya gak lama. Kalo lama bisa sampai adzan isya” jelas Roida
“aku boleh pulang duluan gak?” Tanya Tia lagi
“boleh sih, tapi kenapa buru-buru? Kita kan bisa pulang bareng” Tanya Roida
“mm.. anu… aku harus ngelanjutin tugas kuliah ku dulu.” jawab Tia berbohong
“yaudah mbak, bilang sama Bude dulu”. Suruh Roida
Setelah Tia pamitan,dia merasa lega sekali. Akhirnya,Tia pulang ke rumah hanya seorang diri. Jarak rumah Budenya ke masjid hanya beberapa rumah saja. Dan saat ia sampai di dekat rumah,ia melihat ada motor Ridwan---menandakan kalau Ridwan sudah pulang. Tapi, ia melihat ada motor yang lain. Motor itu berwarna merah dan besar. Saat ia memasuki pintu gerbang,ia mendengar suara pria berpamitan untuk pulang.
“Wan,aku pamit dulu ya. Makasih loh datanya. Assalamu’alaikum!” pamit pria itu
“Ia Ga,hati-hati dijalan. Wa’alaikumsalam” jawab Ridwan ramah
Tia kaget,tiba-tiba saja pria itu keluar dari pintu. Pria itu bertubuh tinggi,kurus dan kulitnya sawo matang. Saat pria itu akan menuju motornya,ia melihat kedatangan Tia. Tia bingung harus bagaimana,apakah dia harus menyapa? Atau senyum? Atau bagaimana? Ia tak tahu pria itu. Tia memiliki sifat yang cuek namun perhatian,ia berjalan sambil melirik-lirik pria itu. Ia takut pria itu tersenyum padanya. Namun,apa yang terjadi malah bertolak belakang dengan yang Tia takuti. Pria itu malah menunduk setelah ia melihat Tia. Tia merasa bingung.
“ni cowok gak liat ada aku tah? Apa memang sengaja?” keluh Tia dalam hati
Setelah pria itu menghidupkan motornya dan pergi,akhirnya Tia masuk kedalam rumah dan melihat Ridwan sedang memeriksa berkas-berkas. Didalam hati Tia,ia ingin bertanya tentang pria itu. Tapi karena melihat Ridwan yang sibuk,ia mengurungkan niatnya. Tia masuk kedapur dan melanjutkan memasak. Tia memang pandai memasak,ia belajar dengan Bibi nya yang di Jawa Tengah.
“Assalamu’alaikum!” salam Bude,Pakde dan Roida
“wa’alaikumsalam” jawab Ridwan yang ada di ruang tamu
“loh Wan, baru pulang?” Tanya Bude
“iya Bu,tadi ada teman yang minta bantuin bikin data kenaikan pangkat. Maaf Ridwan gak ngabarin”. Jelas Ridwan
“oo gitu… yaudah gak papa. Kamu udah makan belum Wan?” Tanya Bude
“kayaknya belum tuh Bude,dari tadi aku ngeliatin Kak Ridwan sibuk sama berkasnya.” Sahut Tia yang sedang menyiapkan hidangan di meja makan.
“loh… sejak kapan kamu masak? Kayaknya aku gak liat kamu loh?” Tanya Ridwan heran
“aku masak dari tadi Kak. Pas masuk rumah Kak Ridwan keliatan sibuk. Sampe gak ngeliat ada yang lewat. Untung aku yang masuk, gimana kalau maling??” jelas Tia
“iyatah Dek? Hahaha… maaf ya,aku terlalu fokus sih. Hmm,aromanya harum. Tambah bikin laper nih,makan ahhh!!”. Jawab Ridwan sambil jalan ke meja makan.
Di meja makan,mereka semua menikmati makan malam. Dan adzan Isya pun berkumandang,Pakde dan Ridwan segera menuju masjid. Sedangkan Tia dan Roida membersihkan meja makan dan cuci piring. Para pria yang sudah baligh memang wajib melaksanakan solat di masjid,sedangkan wanita tak wajib. Akhirnya Tia, Bude dan Roida melaksanakan solat isya berjamaah di rumah. Setelah itu,Tia masuk kekamar dan membaca buku Biologi kelas 12. Ia menyiapkan materi yang akan ia sampaikan.
“anak-anak… sistem pengeluaran manusia ada 4. Apa sajakah itu??” Tia melihat dirinya di depan cermin,mempraktikan gaya yang harus ia tunjukkan esok pagi. Tiba-tiba Kak Ridwan muncul
“wahh… jika kamu mengajar dengan gaya yang seperti itu---aku jamin kamu akan ditertawakan oleh siswa” sahut Kak Ridwan
“kamu sedang mengajar anak SMA. Bukan TK. Hilangkan kata “anak-anak” dan menebak-nebak. Jika ingin mereka semua nyambung,kamu harus menghubungkan bahan ajar dengan kehidupan. Apalagi Biologi,pasti banyak!” saran Kak Ridwan
Berat bagi Tia untuk berbicara di depan kelas,apalagi harus menerangkan. Tapi karena ia tak ingin mendapatkan IP yang jelek,jadi ia berusaha semaksimal mungkin. Sambil dibantu oleh Kak Ridwan, Tia semakin mantap dengan gaya mengajar barunya. Tak disangka,Tia belajar sampai jam 11 malam. Ketakutannya untuk mengajar esok,tak bisa ia sembunyikan.
“Kak, aku takut siswa gak nyambung sama materi yang aku sampaikan. Aku harus gimana?” Tanya Tia
“Jangan berprasangka buruk dulu sebelum lihat hasilnya. Setelah kamu beri materi, kamu adakan kuis saja” saran Kak Ridwan
“kuis??? Maksudnya?” Tanya Tia dengan ekspresi penasaran
“kuis itu samadengan evaluasi. Jadi setelah materi,kamu beri pertanyaan secara lisan seputar materi yang kamu sampaikan. Dengan syarat, tanpa lihat buku. Dan pancing mereka dengan memberi nilai bonus untuk yang bisa menjawab. Gitu, ngerti gak?” jelas Kak Ridwan
“hmm… oke deh,besok akan aku coba” jawab Tia dengan wajah polos
“nah,untuk melancarkan itu semua. Kamu juga harus berdoa,Tia. Sebaiknya kamu minta bantu sama Allah. Solat Tahajjud”. Saran Kak Ridwan lagi
Sudah lama Tia tak mendengar Tahajjud,yang ia tahu---jika kita melaksanakan nya maka permintaan kita akan cepat terkabul. Namanya bukan Tia jika ia tak merasa malas untuk solat Sunnah,tapi karena omongan “cepat terkabul”--- ia memilih ikut saran itu. Asing memang menjalaninya,tapi entah mengapa—hati Tia menjadi tenang saat menjalankan nya. Sudah beberapa hari ini Tia Tahajjud-tan. Cara mengajar yang disarankan Kak Ridwan pun berhasil,senang rasanya.
Adzan magrib berkumandang,Tia yang sedang membantu Budenya di dapur—langsung disuruh mengambil wudhu. Tia memang muslim,namun—ia tak begitu mengerti agama. Selama ia hidup,hanya wajibnya saja yang dikerjakan. Mengaji saja masih terbata-bata. Tia tahu Bude dan Pakde nya itu adalah seorang yang paham agama. Maka dari itu,Budenya menyuruh Tia untuk belajar mengaji di masjid dekat rumahnya. Karena ia statusnya numpang, jadi ia tak bisa menolak. Akhirnya ia mau mengaji di masjid bersama Budenya sehabis solat magrib.
Bude dan Pakdenya Tia memiliki dua orang anak. Yang pertama namanya Ridwan dan yang kedua namanya Roida. Ridwan sudah lulus kuliah dan sekarang bekerja di sekretariatan pusat. Sedangkan Roida,ia masih duduk di bangku SMA kelas 12. Roida mengambil program IPS di SMA Nusa Indah. Setiap pagi,roida dan Tia selalu berangkat ke sekolah bersama. Tapi kalau pulang, Tia harus pulang sendiri---karena Roida mengikuti bimbingan belajar.
“Tia…. Sudah siap belum?” Tanya Bude
“tunggu sebentar lagi Bude,Tia lagi pakai jilbab” jelas Tia.
Akhirnya mereka pergi berdua. Saat di depan pintu,Bude bingung pada Tia.
“Tia… Al-qur’an mu mana?” Tanya bude
“loh… bukannya Al-quran ada di masjid ya Bude?”
“ada kok, tapi biasanya sudah diambil duluan dengan remaja-remaja” jelas Bude
“oh, iyatah Bude? Kalau begitu aku pakai Al-quran Kak Ridwan aja deh. Dia belum pulang kan Bude?”
“biasanya Ridwan jam 3 sudah pulang. Kemana ya dia? Hmm, yasudah ambil saja sana” suruh bude
“mungkin ada pekerjaan tambahan,jadi telat. Oke,tunggu aku ya Bude” pinta Tia
Saat dijalan menuju masjid,Bude dan Tia bertemu dengan Roida yang baru saja pulang dari les. Roida di fasilitasi motor metik untuk sekolah. Saat bertemu, Tia meminta Roida untuk mengaji juga disana. Seperti biasa,Roida memang selalu mengaji di sana. Jadi Roida akan menyusul.
Setelah mengaji,acara selanjutnya yaitu kultum. Tia merasa malas,dan kali ini ia tak bisa menutupi kemalasannya. Tia berbisik kepada Roida yang duduk disamping nya.
“berapa lama kultumnya ini?” Tanya Tia
“tujuh menitan kalo ustad nya gak lama. Kalo lama bisa sampai adzan isya” jelas Roida
“aku boleh pulang duluan gak?” Tanya Tia lagi
“boleh sih, tapi kenapa buru-buru? Kita kan bisa pulang bareng” Tanya Roida
“mm.. anu… aku harus ngelanjutin tugas kuliah ku dulu.” jawab Tia berbohong
“yaudah mbak, bilang sama Bude dulu”. Suruh Roida
Setelah Tia pamitan,dia merasa lega sekali. Akhirnya,Tia pulang ke rumah hanya seorang diri. Jarak rumah Budenya ke masjid hanya beberapa rumah saja. Dan saat ia sampai di dekat rumah,ia melihat ada motor Ridwan---menandakan kalau Ridwan sudah pulang. Tapi, ia melihat ada motor yang lain. Motor itu berwarna merah dan besar. Saat ia memasuki pintu gerbang,ia mendengar suara pria berpamitan untuk pulang.
“Wan,aku pamit dulu ya. Makasih loh datanya. Assalamu’alaikum!” pamit pria itu
“Ia Ga,hati-hati dijalan. Wa’alaikumsalam” jawab Ridwan ramah
Tia kaget,tiba-tiba saja pria itu keluar dari pintu. Pria itu bertubuh tinggi,kurus dan kulitnya sawo matang. Saat pria itu akan menuju motornya,ia melihat kedatangan Tia. Tia bingung harus bagaimana,apakah dia harus menyapa? Atau senyum? Atau bagaimana? Ia tak tahu pria itu. Tia memiliki sifat yang cuek namun perhatian,ia berjalan sambil melirik-lirik pria itu. Ia takut pria itu tersenyum padanya. Namun,apa yang terjadi malah bertolak belakang dengan yang Tia takuti. Pria itu malah menunduk setelah ia melihat Tia. Tia merasa bingung.
“ni cowok gak liat ada aku tah? Apa memang sengaja?” keluh Tia dalam hati
Setelah pria itu menghidupkan motornya dan pergi,akhirnya Tia masuk kedalam rumah dan melihat Ridwan sedang memeriksa berkas-berkas. Didalam hati Tia,ia ingin bertanya tentang pria itu. Tapi karena melihat Ridwan yang sibuk,ia mengurungkan niatnya. Tia masuk kedapur dan melanjutkan memasak. Tia memang pandai memasak,ia belajar dengan Bibi nya yang di Jawa Tengah.
“Assalamu’alaikum!” salam Bude,Pakde dan Roida
“wa’alaikumsalam” jawab Ridwan yang ada di ruang tamu
“loh Wan, baru pulang?” Tanya Bude
“iya Bu,tadi ada teman yang minta bantuin bikin data kenaikan pangkat. Maaf Ridwan gak ngabarin”. Jelas Ridwan
“oo gitu… yaudah gak papa. Kamu udah makan belum Wan?” Tanya Bude
“kayaknya belum tuh Bude,dari tadi aku ngeliatin Kak Ridwan sibuk sama berkasnya.” Sahut Tia yang sedang menyiapkan hidangan di meja makan.
“loh… sejak kapan kamu masak? Kayaknya aku gak liat kamu loh?” Tanya Ridwan heran
“aku masak dari tadi Kak. Pas masuk rumah Kak Ridwan keliatan sibuk. Sampe gak ngeliat ada yang lewat. Untung aku yang masuk, gimana kalau maling??” jelas Tia
“iyatah Dek? Hahaha… maaf ya,aku terlalu fokus sih. Hmm,aromanya harum. Tambah bikin laper nih,makan ahhh!!”. Jawab Ridwan sambil jalan ke meja makan.
Di meja makan,mereka semua menikmati makan malam. Dan adzan Isya pun berkumandang,Pakde dan Ridwan segera menuju masjid. Sedangkan Tia dan Roida membersihkan meja makan dan cuci piring. Para pria yang sudah baligh memang wajib melaksanakan solat di masjid,sedangkan wanita tak wajib. Akhirnya Tia, Bude dan Roida melaksanakan solat isya berjamaah di rumah. Setelah itu,Tia masuk kekamar dan membaca buku Biologi kelas 12. Ia menyiapkan materi yang akan ia sampaikan.
“anak-anak… sistem pengeluaran manusia ada 4. Apa sajakah itu??” Tia melihat dirinya di depan cermin,mempraktikan gaya yang harus ia tunjukkan esok pagi. Tiba-tiba Kak Ridwan muncul
“wahh… jika kamu mengajar dengan gaya yang seperti itu---aku jamin kamu akan ditertawakan oleh siswa” sahut Kak Ridwan
“kamu sedang mengajar anak SMA. Bukan TK. Hilangkan kata “anak-anak” dan menebak-nebak. Jika ingin mereka semua nyambung,kamu harus menghubungkan bahan ajar dengan kehidupan. Apalagi Biologi,pasti banyak!” saran Kak Ridwan
Berat bagi Tia untuk berbicara di depan kelas,apalagi harus menerangkan. Tapi karena ia tak ingin mendapatkan IP yang jelek,jadi ia berusaha semaksimal mungkin. Sambil dibantu oleh Kak Ridwan, Tia semakin mantap dengan gaya mengajar barunya. Tak disangka,Tia belajar sampai jam 11 malam. Ketakutannya untuk mengajar esok,tak bisa ia sembunyikan.
“Kak, aku takut siswa gak nyambung sama materi yang aku sampaikan. Aku harus gimana?” Tanya Tia
“Jangan berprasangka buruk dulu sebelum lihat hasilnya. Setelah kamu beri materi, kamu adakan kuis saja” saran Kak Ridwan
“kuis??? Maksudnya?” Tanya Tia dengan ekspresi penasaran
“kuis itu samadengan evaluasi. Jadi setelah materi,kamu beri pertanyaan secara lisan seputar materi yang kamu sampaikan. Dengan syarat, tanpa lihat buku. Dan pancing mereka dengan memberi nilai bonus untuk yang bisa menjawab. Gitu, ngerti gak?” jelas Kak Ridwan
“hmm… oke deh,besok akan aku coba” jawab Tia dengan wajah polos
“nah,untuk melancarkan itu semua. Kamu juga harus berdoa,Tia. Sebaiknya kamu minta bantu sama Allah. Solat Tahajjud”. Saran Kak Ridwan lagi
Sudah lama Tia tak mendengar Tahajjud,yang ia tahu---jika kita melaksanakan nya maka permintaan kita akan cepat terkabul. Namanya bukan Tia jika ia tak merasa malas untuk solat Sunnah,tapi karena omongan “cepat terkabul”--- ia memilih ikut saran itu. Asing memang menjalaninya,tapi entah mengapa—hati Tia menjadi tenang saat menjalankan nya. Sudah beberapa hari ini Tia Tahajjud-tan. Cara mengajar yang disarankan Kak Ridwan pun berhasil,senang rasanya.
Komentar
Posting Komentar