cerpen remaja -Hanya dengan Dia 5
“Maaf Tia, Ayah tidak bisa menemui mu. Ayah masih banyak pekerjaan… mengertilah”
“Tapi Yah, aku merindukanmu”
“Pendamlah rasa rindu mu. Ayah tidak akan datang! Pergi lah!!---PERGI!! ”
“ TIDAK AYAH!! TIDAAAAAKKK!!!!!!!!!!!!!!”
Napasnya naik turun tak karuan,Tia mimpi buruk. Ia terbangun di waktu malam. Keringatnya bercucuran,ia menangis. Ayahnya tak sayang padanya di mimpi itu. Tia takut hal buruk akan terjadi pada Ayahnya. Tia mencoba mengambil napas panjang,meminum segelas air dan mengambil air wudhu.
Ia gelar sajadah, takbirratul ikhram dan Tahajjud. Di malam sunyi ini,ia terus berdoa pada-Nya. Empat rakaat sudah ia kerjakan. Ia berdekap dan berdoa pada sang Khalik
“Ya Allah…Ya Rahman… Ya Rahim… aku bukanlah makhluk yang sempurna,aku meiliki banyak masalah. Bunda ku masih begitu---dan aku bermimpi Ayah tak akan datang. Hanya dengan-Mu lah aku bisa lega bercerita. Hanya dengan-Mu lah aku memohon pertolongan. Dan hanya dengan-Mu lah aku menyelesaikan masalah. Yaa.. Rabb-Ku, bantulah aku. Ampuni dosa-dosa ku. Lindungi keluargaku, dan luluh kan lah hati Bunda agar ia bisa menerima takdirku. Pertemukanlah aku dengan keluargaku, jadikanlah keluargaku—keluarga yang harmonis. Aamiin..” Tia memohon kepada-Nya.
Air matanya pun tak dapat ia bendung. Matanya bengkak, ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya di malam yang sunyi ini. Hanya dengan Dia… Hanya dengan Dia……dan Hanya dengan Dia ia curahkan isi hatinya. Ya, hanya dengan Allah lah ia menyelesaikan masalah dan menangis sejadi-jadiya. Tia mencoba untuk tertidur lagi,dan akhirnya ia terlelap.
Sudah hampir 3 bulan ia mengajar, metode mengajar yang di ajarkan Ridwan berhasil membuat para siswa senang belajar dengannya. Hari ini ada rapat guru,jadi semua siswa dan PPL disuruh pulang lebih awal. Dan hari ini Roida ada jadwal les di luar sekolah.Tia yang sedang berjalan menuju bis bersama siswi-siswi---merasa kaget,karena Irfan memanggilnya.
“Bu Tia… bareng saya saja,Bu. Rumah ibu dekat dengan rumah saya kan?” ajak Irfan sambil menyetop motor nya. Para siswi itu pun mengembakan senyum nya. Mereka sangat senang melihat Irfan dari dekat.
“Eh.. Irfan.. emang rumah kamu dimana?” Tanya Tia,ia tak tahu
“Rumah saya di belakang rumah Pak Somad,Pakde nya Bu Tia. Ibu tinggal disana kan? Mari Bu saya antar” ajaknya ramah
“Baiklah…. Ibu duluan ya. Sampai ketemu besok. Assalamu’alaikum..” pamit Tia pada para siswi sambil duduk di jok motor.
Di diperjalanan, mereka tak banyak bicara. Tia yang merasa bingung dengan tingkah Irfan---bertanya tanya dalam hati. Bagaimana ia tahu rumah Budenya?
“Oiya bu, maafkan saya yang dulu pernah nabrak Ibu dari belakang ya? Saya sangat buru-buru”. Irfan memecah keheningan dengan cara meminta maaf. Tia berpikir sejenak,hampir saja ia lupa kejadian itu.
“Ohh hahaha, jangan canggung. Tak apa,Fan. Ibu sudah maafkan kamu kok. Ibu mau tanya, kamu tahu Ibu tinggal disitu dari mana?” Tanya Tia penasaran
“Hmm… dari kakak saya. Kak Angga ,temannya Kak Ridwan” jawabnya spontan
DEG….! Tersentak Tia mendengar nama itu. Tatapan matanya kosong,ia kaget. Tia tak bisa berkata apa-apa. Sampai akhirnya,mereka sudah berada di depan rumah Bude nya
“Bu sudah sampai…Bu…?” Irfan berusaha menyadarkan Tia
“Oh.. Eh… ia.. maaf Ibu ngelamun. Makasih banyak ya tumpangannya,jadi ngerepotin”.jawab Tia gagap
“Enggak kok Bu,saya malah senang bisa membantu Ibu” Irfan merendah
“Hehehe… jangan ngomong ‘saya’ bisa gak Fan? Ibu ngerasa canggung mendengarnya. Bilang saja ‘aku’.” Pinta Tia sambil tersenyum
“Ohahaha… maaf Bu. Baiklah,sekarang akan aku ganti. Makasih sarannya. Aku pamit dulu Bu. Jangan lupa ngaji di masjid petang ini ya Bu. Assalamu’alaikum..” pamit Irfan. Ia mengajak Tia mengaji.
“Iya… Insya Allah.Wa’alaikumsalam..”
Tia yang kini telah berubah,tak keberatan atas tawaran Irfan. Ia masuk dengan senyum yang mengembang. Tak disangka! Di dalam rumah ada seorang pria yang duduk menatap matanya penuh kasih sayang.
“AYAH!!!”
Komentar
Posting Komentar